Minggu, 13 Januari 2013

THE ARTS AND HUMAN DEVELOPMENT




Dari beberapa tinjauan estetis pendidikan belum tersedia metode-metode yang mudah untuk memproduksi anak serius (berbakat) tapi ada beberapa saran sebagai garis pedomannya.
Tulisan ini sebagai ringkasan materi kuliah dalam buku Howard Gadner yang berjudul The Arts And Human Development, setiap individu yang sadar dan mendapatkan pelatihan dalam seni; seseorang akan menjadi terbiasa secara alam (keaslian) dan kursus pembangunan mental dari sistem dasar psikologi akan merencanakan tugas-tugas yang sesuai. Untuk penyelesaiannya mendorong sistem interaksi yang produktif dengan menjalankan tugas dengan teliti. 

Dalam pendidikan seni, masalah yang paling berharga adalah membuka kesempatan bagi siswa mendapatkan sebuah kemampuan dengan cara yang baik. Untuk menentukan cara mendapatkan solusi adalah pengalaman yag paling unik, pengalaman yang terus menerus nampaknya merupakan proses artistik bagi peserta semua jenis sedangkan kelihatanya cara ini memberikan petunjuk kepada pertumbuhan yang alami, yaitu meliputi perkembangan kesatuan kesadaran, perasaan dari pembuatan sistem. Menurut pandangan Gadner seni adalah sebagai jalan kecil perkembangan mental seseorang, kemampuan pendidikan mengintervensi (ada campur tangan) pada jangka waktu yag tepat dalam penyusunan pertanyaan, rangsangan dan mewajibkan siswa menyadari kualitas kebaikan yang pasti bisa membantu/ membimbing dari perkembangan estetis

Latihan-latihan pemikiran dapat membawa siswa berhadapan dengan masalah-masalah/ kesulitan dan jenis materi yang diberikan. Untuk membantu siswa mengenal dan menghormati dirinya yaitu dengan membiarkannya membuat kesalahan sendiri dan membenarkan kesalahan tersebut, dan setelah itu kita dapat menjadi asisten dalam menemukan solusi.
Jadi ada beberapa kesimpulan dalan tulisan Gadner bahwa:
Seni merupakan suatu pandangan proses penyelesaian masalah yang pelaksanaannya adalah penekanan dan perkembangan artistik.

Pendidikan estetis meliputi 3 pedoman yaitu:
1.     Perkembagan sistem yang komprehensif
2.     Penyelesaian masalah yang artistik memerlukan kapasitas untuk menyerap bermacam cara, pengaruh dan pandangan subjektif
3.     Dalam simbolik sedang sudah ditunjukkan seseorang dapat menjadi peserta dalam proses artistik

Dari keterangan diatas sifat pada tingkatan ini adalah kapasitas perasaaan dalam memproduksi aspek kecerdasan yang lebih dari aspek artistik. Pencipta dapat menyampaikan aspek pemikirannya, watak atau perasaan dengan bersama-sama. Orang dapat menghargai tidak hanya mengenal isi dalam sebuah pekerjaan yang berhubungan dengan tradisi tapi juga aspek nyata dari perasaan dan kesadaran sipencipta merupakan wujud suatu pekerjaan. Kapasitas ini tidak ada pengaturan yang jelas tidak teridentifikasi perasaan emosi atau suatu perecaaan dari si pencipta tapi akan mendapatkan rasa kehidupan disamping pekerjaannya.

Kenyataanya dari perasaan kesadaran akan membuat seseorang lebih pengalaman dalam hidupnya sendiri. Orang disekitarya akan menyadarinya dengan kata lain seseorang harus meyadari bahwa seni sebagai proses komunikasi yang peka terhadap estetis objek. Pribadi yang konsisten menjadikanya sebagai fasilitas proses tersebut.
Dalam kebudayaan yang terseleksi dan dalam beberapa usia atau kelompok social bermacam-macan objek secara luas adalah berbeda. Contoh: kelompok primitive tertetu memiliki jenis keistimewaan. Perbedaan individu adalah sebuah penawaran dalam usaha penyelesaian artistic. Sebagai seorang idealis dalam lingkungan,  saya berpendapat bahwa peningkatan individu adalah sebuah proses perkembangan mental yang tak dapat dielakkan seperti seniman, mencipta sebagai solusi, dan sebuah pembiasaan irama dari sebuah ungkapan penyampaian perasaan dan wujud penampakan ini akan menjadi individu yang meningkat. Menurut fakta, belajar dari segi pekerjaan lebih berhati-hati boleh jadi seniman yang menonjol akan jauh lebih meningkat dari pada mode yang berkembang saat ini. Tidak ada seniman yang mencipta dalam pemisahan secara total.
Dalam penambahan komponen gaya para seniman tersebut mencipta sesuatu yang terbaik dan mempunyai perkembangan yang khas/unik. Selanjutnya bisa disimpulkan bahwa dengan perbedaan pertimbangan yang berani antara anak-anak dan dewasa dalam proses artistiknya.

Rabu, 09 Januari 2013

MENGAJAR DENGAN HATI, KREATIFITAS, ANAK TERGALI



Selasa, 11 Agustus 2009 00:01:19 - oleh : redaksi - dilihat 410

Maria Bernandetta Chasilda Eny Mudiastuti SPd
Ada ungkapan menarik dari Dra Dewanti Ruparindiah Rumpoko MSi bahwa mengajar anak Taman Kanak-Kanak (TK) itu lebih sulit dari pada mengajar mahasiswa. Istri walikota Batu yang juga dosen di Universitas Merdeka Malang ini mengungkap bila seorang mahasiswa bisa belajar sendiri bila ditugasi untuk membuka literatur. Sedang pada anak TK, butuh pendekatan yang lebih agar mereka mau belajar.
Ungkapan ini tentu tidak berlebihan. Menjadi pendidik pada lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) memang mengemban tanggung jawab yang cukup berat. Sebab ada perang untuk membentuk kecerdasan intelektual dan emosional anak yang itu menjadi bekal di masa depan mereka. Dengan kondisi ini sudah barang tentu, pendidik pada lembaga PAUD harus memiliki trik dan pendekatan tertentu agar bisa berhasil menunaikan perannya.
Rupanya, hal tersebut juga diamini oleh pengajar TK Sang Timur kota Batu, Maria Bernandetta Chasilda Eny Mudiastuti SPd. Menurutnya, profesi menjadi pengajar TK adalah sebuah profesi yang memiliki nilai pengabdian yang sangat mulia. ”Karena ya itu tadi, pengajar PAUD lah yang menjadi ‘pencoret pertama’ untuk anak di masa mendatang,” kata Eny yang baru saja meraih predikat Teacher Award kota Batu ini.
Eny mengatakan, pendidik PAUD juga diharuskan bisa menanamkan budi pekerti kepada anak. ”Tentang apa saja. Baik, tentang budi pekerti, keimanan dan ketaqwaan, etika, dan sebagainya. Tidak kalah pentingnya, pendidik PAUD harus menyadari bahwa kelebihan anak biasa muncul pada usia dini. Pendidik PAUD harus cepat tanggap dan memberikan yang terbaik untuk perkembangan si anak ini,” urai Eny.
Eny mengatakan, untuk mengawal perkembangan anak, dirinya memiliki satu-satunya cara. ”Mengajarlah dengan hati,” kata Eny mantap.
Eny menguraikan, PAUD memang telah memiliki kurikulum baku, namun, kurikulum tersebut juga harus ditunjang dengan kemampuan pendidik untuk bisa dekat dengan siswanya. Kedekatan itu, dikatakan Eny bisa dilakukan dengan cara mengakrabi dunia anak. Menurutnya, kedekatan itu bisa terjalin dengan kegiatan-kegiatan kecil kepada anak, contohnya memeluk si anak, mengucapkan ‘selamat pagi’, atau bahkan mencium anak sebagai tanda kasih sayang.
”Bahkan, saya punya panggilan kesayangan untuk anak-anak didik saya. Misalnya, ‘selamat pagi Angel ndut’, atau ‘Angel ndut sedang apa nih?’,” cerita Eny.
Dengan membentuk kedekatan itu, Eny mengatakan, kreatifitas anak akan semakin tergali. ”Dengan kita dekat dengan anak, anak akan merasa nyaman dengan gurunya. Kenyamanan itu akan merangsang si anak untuk belajar tanpa ada paksaan dan kreatifitasnya pun akan lebih tergali,” ungkap Eny.
Menjalin kedekatan ini pun memerlukan segenap daya dan upaya darinya agar benar-benar bisa menyelami dunia anak. Eny mengatakan, dirinya tak segan-segan untuk menjadi apapun di dalam kelas. Semua itu dilakukannya demi mendekatkan diri kepada anak dan membuat suasana pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan.
”Saya ekspresikan apapun yang saya bisa. Tak jarang, saya pun juga menjadi anak TK di dalam kelas. Pernah suatu ketika saya memeragakan saya sedang ngedot seperti anak-anak di kelas saya. Ataupun bermain ‘kuda-kudaan’ dengan anak-anak, banyak deh, menyenangkan sekali pokoknya,” kata Eny.
Eny pun kini mengambil manfaat dari kedekatannya dengan anak-anak tersebut. Saat ini, suasana pembelajaran di kelasnya pun menjadi menyenangkan. Hal itulah yang mengantarkannya merengkuh gelar Teacher Award kota Batu ini. ”Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung, ibu Walikota Batu, teman-teman Himpaudi, Forum PAUD, dan seluruh rekan pendidik PAUD se kota Batu atas kekompakannya selama ini,” kata Eny.   .dik-KP