Rabu, 09 Januari 2013

MENGAJAR DENGAN HATI, KREATIFITAS, ANAK TERGALI



Selasa, 11 Agustus 2009 00:01:19 - oleh : redaksi - dilihat 410

Maria Bernandetta Chasilda Eny Mudiastuti SPd
Ada ungkapan menarik dari Dra Dewanti Ruparindiah Rumpoko MSi bahwa mengajar anak Taman Kanak-Kanak (TK) itu lebih sulit dari pada mengajar mahasiswa. Istri walikota Batu yang juga dosen di Universitas Merdeka Malang ini mengungkap bila seorang mahasiswa bisa belajar sendiri bila ditugasi untuk membuka literatur. Sedang pada anak TK, butuh pendekatan yang lebih agar mereka mau belajar.
Ungkapan ini tentu tidak berlebihan. Menjadi pendidik pada lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) memang mengemban tanggung jawab yang cukup berat. Sebab ada perang untuk membentuk kecerdasan intelektual dan emosional anak yang itu menjadi bekal di masa depan mereka. Dengan kondisi ini sudah barang tentu, pendidik pada lembaga PAUD harus memiliki trik dan pendekatan tertentu agar bisa berhasil menunaikan perannya.
Rupanya, hal tersebut juga diamini oleh pengajar TK Sang Timur kota Batu, Maria Bernandetta Chasilda Eny Mudiastuti SPd. Menurutnya, profesi menjadi pengajar TK adalah sebuah profesi yang memiliki nilai pengabdian yang sangat mulia. ”Karena ya itu tadi, pengajar PAUD lah yang menjadi ‘pencoret pertama’ untuk anak di masa mendatang,” kata Eny yang baru saja meraih predikat Teacher Award kota Batu ini.
Eny mengatakan, pendidik PAUD juga diharuskan bisa menanamkan budi pekerti kepada anak. ”Tentang apa saja. Baik, tentang budi pekerti, keimanan dan ketaqwaan, etika, dan sebagainya. Tidak kalah pentingnya, pendidik PAUD harus menyadari bahwa kelebihan anak biasa muncul pada usia dini. Pendidik PAUD harus cepat tanggap dan memberikan yang terbaik untuk perkembangan si anak ini,” urai Eny.
Eny mengatakan, untuk mengawal perkembangan anak, dirinya memiliki satu-satunya cara. ”Mengajarlah dengan hati,” kata Eny mantap.
Eny menguraikan, PAUD memang telah memiliki kurikulum baku, namun, kurikulum tersebut juga harus ditunjang dengan kemampuan pendidik untuk bisa dekat dengan siswanya. Kedekatan itu, dikatakan Eny bisa dilakukan dengan cara mengakrabi dunia anak. Menurutnya, kedekatan itu bisa terjalin dengan kegiatan-kegiatan kecil kepada anak, contohnya memeluk si anak, mengucapkan ‘selamat pagi’, atau bahkan mencium anak sebagai tanda kasih sayang.
”Bahkan, saya punya panggilan kesayangan untuk anak-anak didik saya. Misalnya, ‘selamat pagi Angel ndut’, atau ‘Angel ndut sedang apa nih?’,” cerita Eny.
Dengan membentuk kedekatan itu, Eny mengatakan, kreatifitas anak akan semakin tergali. ”Dengan kita dekat dengan anak, anak akan merasa nyaman dengan gurunya. Kenyamanan itu akan merangsang si anak untuk belajar tanpa ada paksaan dan kreatifitasnya pun akan lebih tergali,” ungkap Eny.
Menjalin kedekatan ini pun memerlukan segenap daya dan upaya darinya agar benar-benar bisa menyelami dunia anak. Eny mengatakan, dirinya tak segan-segan untuk menjadi apapun di dalam kelas. Semua itu dilakukannya demi mendekatkan diri kepada anak dan membuat suasana pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan.
”Saya ekspresikan apapun yang saya bisa. Tak jarang, saya pun juga menjadi anak TK di dalam kelas. Pernah suatu ketika saya memeragakan saya sedang ngedot seperti anak-anak di kelas saya. Ataupun bermain ‘kuda-kudaan’ dengan anak-anak, banyak deh, menyenangkan sekali pokoknya,” kata Eny.
Eny pun kini mengambil manfaat dari kedekatannya dengan anak-anak tersebut. Saat ini, suasana pembelajaran di kelasnya pun menjadi menyenangkan. Hal itulah yang mengantarkannya merengkuh gelar Teacher Award kota Batu ini. ”Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung, ibu Walikota Batu, teman-teman Himpaudi, Forum PAUD, dan seluruh rekan pendidik PAUD se kota Batu atas kekompakannya selama ini,” kata Eny.   .dik-KP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar